Teringat di tahun 2011 ketika saya pertama kali masuk kerja di sebuah perusahaan manufaktur di Surabaya. Disitulah saya pertama kali berjumpa dengan teman saya Achmad Waisy Alqurni. Dia biasa dipanggil Waisy. Usianya cukup muda, sekitar 19 tahun. Awal saya berkenalan memang cukup susah melafalkan namanya. Tapi setelah saya rasakan lagi, ternyata nama dia cukup bagus artinya. Beberapa waktu kemudian saya berinisiatif untuk berteman dengannya melalui Facebook. Pertama, saya coba cari namanya. Tentunya dengan menggunakan nama aslinya. Hasilnya : NIHIL. Pencarian secara online tidak bisa, berarti cara berikutnya menanyakan secara langsung.
Dan baru saya temukan jawabannya, yang mana ternyata teman saya yang satu ini menggunakan nama Yc Zun. Kenapa dia menggunakan nama itu? Sempat saya pertanyakan padanya. Ternyata kata Yc ketika dilafalkan per huruf dengan menggunakan bahasa Inggris memang akan terdengar sebagai Waisy. Lalu untuk kata "Zun"? Saya tidak tertarik untuk menanyakan kepadanya.
Pengalaman saya dengan Waisy mungkin juga pernah anda alami. Anda memiliki teman di social media yang tidak menggunakan nama asli mereka. Bahkan saya pernah menjumpai beberapa nama yang sejenis "Anita tetap menxintaimu selalu", "Rangga emang sepex", atau bahkan nama sejenis yang panjangnya seakan tak berujung.
Social Media adalah salah satu alat untuk mengenalkan sebuah brand. Dan NAMA ANDA adalah brand anda. Sehingga ketika anda menggunakan nama seperti contoh di atas, bisa jadi "brand" anda terlihat kekanak-kanakan. Dan ketika anda ingin "menjual" diri anda dengan nama itu, kira-kira adakah orang yang mau membelinya?
Memang di social media kita bisa menggunakan nama apa saja terserah kehendak kita. Bahkan kita juga bisa merubah tempat lahir, domisili sekarang, sampai status pernikahan. Dan memang itu hak anda untuk tidak menggunakan nama asli anda di social media. Tapi jika anda saja enggan menggunakan nama asli anda, bagaimana anda bisa mengharapkan banyak orang mau berteman dengan anda?
Pemilihan nama di facebook ini mengingatkan saya pada salah satu motivator top di Indonesia, Mario Teguh. Di salah satu acara televisi swasta, Mario Teguh mendapat pertanyaan dari salah satu pemirsanya melalui akun Facebook. Bukan pertanyaannya yang saya perhatikan. Tapi nama dari penanya ini yang cukup membuat saya tersenyum simpul. Seingat saya, namanya "Rudi Cndiri Agii". Seorang Mario Teguh pun sebelum menjawab pertanyaan yang disampaikan, beliau mengomentari nama dari pemilik akun facebook tersebut. Dan hal menarik yang saya dapat dari pernyataan Bapak Mario Teguh ini adalah kalimat beliau yang menyatakan :
Dan baru saya temukan jawabannya, yang mana ternyata teman saya yang satu ini menggunakan nama Yc Zun. Kenapa dia menggunakan nama itu? Sempat saya pertanyakan padanya. Ternyata kata Yc ketika dilafalkan per huruf dengan menggunakan bahasa Inggris memang akan terdengar sebagai Waisy. Lalu untuk kata "Zun"? Saya tidak tertarik untuk menanyakan kepadanya.
Pengalaman saya dengan Waisy mungkin juga pernah anda alami. Anda memiliki teman di social media yang tidak menggunakan nama asli mereka. Bahkan saya pernah menjumpai beberapa nama yang sejenis "Anita tetap menxintaimu selalu", "Rangga emang sepex", atau bahkan nama sejenis yang panjangnya seakan tak berujung.
Ketika Nama Di Sosial Media Menjadi Nilai Jual Anda
Apa jadinya ketika sebuah Air Mineral Kemasan yang cukup terkenal di Indonesia itu diberi nama Banyu Putih Seger Ngga Ketulungan. Akankah anda tetap membelinya. Jika memang ya, apakah merk itu akan terkenal seluruh nasional hingga seperti sekarang? Mungkin juga iya. Tapi saya sangat optimis bahwa itu susah untuk dilakukan. Dan divisi marketing pasti harus menguras otaknya untuk memikirkan strategi penjualan dari merk tersebut.Social Media adalah salah satu alat untuk mengenalkan sebuah brand. Dan NAMA ANDA adalah brand anda. Sehingga ketika anda menggunakan nama seperti contoh di atas, bisa jadi "brand" anda terlihat kekanak-kanakan. Dan ketika anda ingin "menjual" diri anda dengan nama itu, kira-kira adakah orang yang mau membelinya?
Memang di social media kita bisa menggunakan nama apa saja terserah kehendak kita. Bahkan kita juga bisa merubah tempat lahir, domisili sekarang, sampai status pernikahan. Dan memang itu hak anda untuk tidak menggunakan nama asli anda di social media. Tapi jika anda saja enggan menggunakan nama asli anda, bagaimana anda bisa mengharapkan banyak orang mau berteman dengan anda?
Pemilihan nama di facebook ini mengingatkan saya pada salah satu motivator top di Indonesia, Mario Teguh. Di salah satu acara televisi swasta, Mario Teguh mendapat pertanyaan dari salah satu pemirsanya melalui akun Facebook. Bukan pertanyaannya yang saya perhatikan. Tapi nama dari penanya ini yang cukup membuat saya tersenyum simpul. Seingat saya, namanya "Rudi Cndiri Agii". Seorang Mario Teguh pun sebelum menjawab pertanyaan yang disampaikan, beliau mengomentari nama dari pemilik akun facebook tersebut. Dan hal menarik yang saya dapat dari pernyataan Bapak Mario Teguh ini adalah kalimat beliau yang menyatakan :
"Ketika anda tidak mau menggunakan nama asli anda, berarti anda tidak bisa berdamai dengan nama anda. Jika dengan nama diri sendiri saja kita tidak bisa berdamai, bagaimana kita mau menjalani hidup dengan lancar?"
Sok Taunya Saya
Sebuah ungkapan klasik, "Nama adalah DOA". Yang disebut dengan doa, berarti ada korelasinya dengan meminta kepada Tuhan. Untuk itu syukurilah nama yang anda miliki. Banggalah dengan nama yang anda miliki. Orang tua kita tidak sembarangan dalam memberikan nama. Ada makna dan doa yang terkandung di dalamnya. Untuk itu ingat hal berikut :- Pergunakan selalu nama asli anda, terutama di Social Media. Banggalah dengan nama yang anda miliki
- Jika memang masih ingin menggunakan nama alias di akun sosial media, maka pergunakanlah dengan bijak. Sesuaikan dengan image dari diri yang ingin anda "jual"
- Ada istilah jangan menilai buku dari sampulnya, tapi tetap saja sampul sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kesan pertama. Nama adalah salah satu "sampul" anda. Jika anda masih menganggap sampul anda kurang menjual, paling tidak jangan semakin diperjelek. Perbagus isinya. Percantik dalamnya