Rabu, 04 April 2012

Office Boy Itu Bernama Mas Mahmud

Orangnya kurus, tingginya seukuran manusia Indonesia pada umumnya. Saya tidak tahu persis umurnya. Tapi dilihat dari wajahnya, orang ini berusia sekitar 30-35 tahun. Logat Maduranya terdengar sangat kental. Pria asli Madura yang sudah berkeluarga ini sangat berjasa bagi kami dalam membersihkan ruangan maupun menyediakan minuman di meja-meja kami. "Mas Mahmud" demikianlah biasa saya memanggil namanya. Setiap pagi kami saling bertegur sapa. Dan setiap pagi itu lah dia selalu melontarkan senyum tulusnya kepada kami para staff maupun non staff lainnya yang baru datang. Lalu apa istimewanya Mas Mahmud ini kok sampe saya angkat di blog ini? Nah soal keistimewaannya akan saya ungkap nanti. Pertama saya mau menceritakan kesehariannya beliau yang saya lihat di pabrik tempat kami bekerja.


Pagi hari ketika saya datang, saya melihat Mas Mahmud ini sudah datang menggunakan seragam biru tua nya. Biasanya ketika saya memasuki ruangan, beliau sedang sibuk menyapu lantai yang kami tempati. Menyapu, ngepel, membersihkan meja dan kaca adalah "sarapan" sehari-hari bagi beliau. Dilanjut lagi dengan membawa beberapa botol minuman  mineral untuk masing-masing "penghuni" meja yang ada di lantai 2 gudang X ini. Setelah botol minuman terdistribusi dengan lancar (*laah...macam sales aja ya) beliau lanjut menyiapkan teh dan kopi untuk kami. Setelah lantai kami beres, beliau lanjut membersihkan bagian poliklinik yang berada di bagian depan pabrik (FYI : jarak dari gedung kami sampai bagian poliklinik cukup bikin pegel jika ditempuh berjalan kaki). Begitulah sehari-hari nya yang dilakukan Mas Mahmud. Belum lagi ketika kami mengadakan Training. Udah pasti Mas Mahmud kami berdayakan untuk mengatur meja, kursi, dan konsumsi peserta. Jika dibanding dengan kami yang hanya duduk tenang, di ruangan ber AC yang adeeem, dan fasilitas yang cukup nyaman, pekerjaan Mas Mahmud ini cukup tidak nyaman (bagi saya pribadi). Ya itulah pekerjaan Office Boy kami sehari-harinya yang (mungkin) sama dengan pekerjaan Office Boy lain pada umumnya.

Saya pernah mendengar kabar bahwa istri dan anaknya dia tinggal di Madura, dan beliau tinggal sendiri di Surabaya. Kos-kosan yang dia tempati pun konon katanya cukup mengenaskan untuk ditinggali. Selidik punya selidik, ada temuan yang cukup mengejutkan bagi saya. Ternyata seorang Mas Mahmud yang berprofesi sebagai Office Boy ini... Mas Mahmud yang berprofesi sebagai karyawan perusahaan outsourcing ini... Mas Mahmud yang senantiasa menyiapkan kopi ataupun teh pagi kami... adalah seorang lulusan Sarjana (S-1) jurusan Ekonomi.

Ini yang mengejutkan saya. Seorang sarjana, rela-relanya mau menjadi Office Boy. Sebelum menjadi Office Boy, beliau sempat bekerja di perusahaan kontraktor sebagai administrator. Dikarenakan perusahaannya pindah ke luar pulau, Mas Mahmud memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Dan ternyata memilih profesi OB sebagai penyambung hidupnya. Ada yang menyebutkan juga bahwa dia bekerja ini untuk  melunasi hutang keluarganya yang cukup besar dikarenakan pemilihan Kepala Desa.

Mungkin anda banyak yang berpendapat "Laah...itu justru kesalahan dia. Kenapa ga nyari pekerjaan yang lebih baik?" Bagi anda yang memiliki pendapat seperti itu, saya SANGAT SETUJU. Tapi disini yang saya lihat keluarbiasaan dari seorang Mas Mahmud adalah ketulusan beliau dalam bekerja. Tidak pernah sekali pun saya melihat dia mengeluh, tidak semangat, ataupun bermalas-malasan. Yang saya lihat, dia selalu bekerja dengan sepenuh hati tanpa melihat masa lalu pendidikannya yang berembel-embel Sarjana

Dan ini terus mengingatkan saya, dalam bekerja lakukanlah dengan sepenuh hati. Mengeluh mungkin wajar Mengeluh mungkin perlu. Mengeluh juga mungkin dilakukan untuk melepas lelah anda. Tapi jangan lupa, bahwa kita juga harus kembali bangkit, kembali tersenyum, dan tentunya kembali melakukan yang terbaik.

SETUJU ???


-Do Your Best, To Be The Best Of You-
@derajatridzky