Senin, 25 April 2011

Toples Kosong

Seorang professor berdiri di dpn kelas filsafat.
Saat kelas dimulai, dia mengambil toples kosong dan mengisi dgn bola2 golf.
Kemudian berkata kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh...... ?
Mereka setuju !!!!
Kemudian dia menuangkan batu koral ke dlm toples, mengguncang dgn ringan.
Batu2 koral mengisi tempat yg kosong di antara bola2 golf.

Kemudian dia bertanya kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh ??
Mereka setuju !!!
Selanjutnya dia menabur pasir ke dlm toples ...
Tentu saja pasir menutupi semuanya.
Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sdh penuh..??.
Para murid berkata, "Yes"...!!
Kemudian dia menuangkan dua cangkir kopi ke dlm toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir.
Para murid tertawa....
"Sekarang.. saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. "
"Bola2 golf adalah hal yg penting; Tuhan, keluarga, anak2, kesehatan.
"Jika yg lain hilang dan hanya tinggal mrk, maka hidupmu msh ttp penuh."
"Batu2 koral adalah hal2 lain, spt pekerjaanmu, rumah dan mobil."
"Pasir adalah hal2 yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dlm toples, maka tdk akan tersisa ruangan utk batu2 koral ataupun utk bola2 golf..
Hal yg sama akan terjadi dlm hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi utk hal2 yg sepele, kalian tdk akan mempunyai ruang utk hal2 yg penting buat kalian."
"Jadi Beri perhatian utk hal2 yg penting utk kebahagiaanmu.
"Bermainlah dgn anak2mu."
"Luangkan wkt utk check up kesehatan."
"Ajak pasanganmu utk keluar makan malam"
"Berikan perhatian terlebih dahulu kpd bola2 golf. 
Hal2 yg benar2 penting. Atur prioritasmu.
Baru yg terakhir, urus pasirnya.
"Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kopi mewakili apa?
Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya.
"Itu utk menunjukkan kpd kalian, sekalipun hidupmu tampak sdh sgt penuh,tetap selalu tersedia tempat utk secangkir kopi bersama sahabat.

Senin, 04 April 2011

La Emangnya Sekarang Saya Ngapain ??



Alkisah Jamaludin kali ini sedang berlibur ke desa sebelah untuk mengunjungi saudaranya yang membuka usaha di tepi pantai. Dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahmi, berangkatlah Jamaludin seorang diri. Setelah menempuh lama perjalanan selama kurang lebih, tibalah Jamaludin di tempat usaha saudaranya ini. Seperti biasanya, Jamaludin saat mengunjungi saudaranya ini selalu meminta untuk dibuatkan Es Kelapa Muda favoritnya. Sembari menikmati minuman segar itu, tanpa sengaja Jamaludin melihat seorang nelayan yang duduk-duduk di bawah pohon yang rindang. Dia terlihat sedang menghisap rokok dengan santainya, ditemani secangkir kopi di sisinya. Padahal saat itu matahari belum sampai di atas kepala. Selidik punya selidik dari saudaranya, ternyata nelayan itu kegiatan sehari-harinya memang seperti itu. Dia berangkat pada saat pagi hari untuk memancing di tengah laut, kurang lebih selama dua hingga tiga jam dia kembali ke daratan menjual hasil tangkapannya kemudian santai-santai hingga sore hari untuk kemudian pulang ke rumah. Dan itu sudah dia lakukan setiap hari selama bertahun-tahun.


Namun pada hari itu, ada suatu kejadian yang cukup menggelitik. Jamaludin melihat nelayan itu didekati oleh seorang pria. Dilihat dari dandanannya, sepertinya dia adalah orang yang berasal dari kota. Dan nampaknya juga cukup terlihat sukses. Penasaran dengan apa yang diperbincangkan, Jamaludin pun mendekat untuk mencuri-curi dengar perbincangan mereka

"Lagi santai nih pak?" sapa orang kota itu
"Oh.... iya pak" sapa nelayan itu pula dengan ramah sambil menyeruput kopi hitamnya
"Emang sehari-harinya kerjanya gimana pak?" tanya orang kota itu penasaran.
"Saya pergi memancing sekitar jam 5 pak. Abis gitu sekitar 3 jam, saya balik ke daratan. Saya jual hasil tangkapan saya. biasanya sekitar jam 10 atau jam 11 gitu sudah habis. Terus ya saya santai-santai aja kayak gini sampe sore nanti" terang nelayan itu
"Setiap hari kaya' gitu pak?"
"Ya" sembari menghisap rokoknya dalam-dalam
"Hmmm.... wah harusnya penghasilan bapak itu bisa 2-3x lipat lo pak. Mau tau caranya ga?"
"Mmmmm.... gimana emangnya?"
"Bapak pagi sampai jam 8 kan mancing, terus hasil tangkapan dijual sampai jam 10. Seharusnya setelah itu bapak bisa balik lagi ke laut untuk mancing lagi, dan balik ke daratan untuk dijual lagi. Jadi penghasilan bapak sudah melipat 2x lebih banyak dari sekarang"
Sambil menghisap rokok dalam-dalam, nelayan itu bertanya "Lalu?"
"Nah sambil melakukan hal itu, bapak tabung beberapa penghasilan bapak. Sampai nanti bapak melakukan hal itu secara konsisten terus-menerus, di satu titik bapak bisa membeli kapal yang lebih besar ukurannya. Jadi kapal bapak bisa menampung hasil laut yang lebih banyak lagi. Jadi logikanya, penghasilan bapak sudah 4x lipat lebih banyak dari sekarang." jelas orang kota itu dengan penuh semangat.
"Lalu..?" sambil tetap menghisap rokoknya dalam-dalam tanpa merubah posisi duduk santainya.
"Nah saat penghasilan bapak sudah 4x lebih banyak itu tadi, sekali lagi bapak kumpulkan lagi sebagian penghasilannya. Lakukan lagi secara konsisten, fokus, dan persisten nantinya bapak alokasikan uang bapak untuk beli mesin pancing yang canggih. Sehingga secara otomatis dan lebih ringan tangkapan bapak akan makin banyak dan makin banyak lagi."
"Huuuff..... lalu?" tanya nelayan itu sambil menghembuskan asap rokoknya
"Nah kalau sudah di titik ini, berarti penghasilan bapak sudah makin besar kan? Jadi bapak bisa mempekerjakan karyawan"
"Lalu...?" masih dengan duduk dan merokok dengan santai
"Na kalau anda sudah mempekerjekan karyawan, anda sudah enak pak. Bapak bisa DUDUK-DUDUK SANTAI-SANTAI"
"Oww...tujuannya untuk itu. Menurut anda, LA EMANGNYA SEKARANG SAYA NGAPAIN?"
Mendengar perbincangan itu, Jamaludin pun tersenyum simpul dan meninggalkan nelayan dan orang kota yang nampak bingung meneruskan kata-katanya lagi.

Pelajaran yang bisa kita petik dari pengalaman Jamaludin ini adalah, MASING-MASING ORANG ADALAH BERBEDA, JANGAN PAKSAKAN UNTUK SAMA DENGAN ANDA. Mungkin bagi orang kota itu tadi, arti sukses adalah saat dia memiliki penghasilan yang banyak kemudian memiliki karyawan dan dia akan merasa bahagia. Sehingga dia mencoba untuk merubah pola pikir si nelayan agar menuju ke jalan 'kebahagiaan' versinya. Tapi apa yang terjadi? Justru si nelayan tidak tertarik dengan jalan kebahagiaan si orang kota. Dia merasa sudah sangat bahagia dengan kondisinya sekarang. Secara logika, saat orang sudah bahagia dengan kondisinya lalu untuk apa kita paksakan menjalani 'Jalan Kebahagiaan' versi kita, yang mana belum tentu sesuai dengan 'Jalan Kebahagiaan' orang tersebut.

Saya jadi teringat satu pengalaman yang terjadi pada saya sendiri. Saat itu saya sedang membangun bisnis jaringan bersama seorang teman. Di bisnis itu saya diberikan pemahaman bahwa bisnis ini adalah segala-galanya. Ini yang bisa mengantar saya mencapai impian-impian saya. Dulu di awal-awal tentu saja, saya termakan dengan pemahaman-pemahaman itu. Ada sejenis doktrin-doktrin yang ditanamkan bahwa saya harus punya komisi yang besar. Karena saat kita punya uang banyak, kita akan sangat bahagia. Dan yang terjadi saat menjalankan bisnis tersebut, saya merasa sangat bahagia. Wah berarti komisinya besar dong?? Ga juga. Komisi saya di bisnis itu sama sekali tidak besar. Bahkan di saat itu pun, ada beberapa omongan dari keluarga dan pasangan saya. Mereka menanyakan, saya ini terlihat jungkir balik di bisnis itu tapi kenapa ga ada hasil yang signifikan. Di awal saya tidak terlalu menggubris kata-kata itu. Tapi di akhir tahun lalu saya menemukan jawabannya. Ternyata kenapa selama ini saya bahagia di bisnis itu, alasannya bukan karena penghasilannya. Di saat semua memberikan doktrin bahwa dengan bisnis itu saya akan mendapatkan kebahagiaan melalui komisi yang besar, ternyata kebahagiaan yang saya dapatkan adalah ketika saya bertemu orang-orang baru yang bisa saya bantu, saya mendapatkan pengembangan diri yang besar disana, dan juga saya mendapatkan teman-teman yang memiliki sikap positif. Disitulah ternyata 'Jalan Kebahagiaan' saya.

Untuk itu jangan takut untuk tetap bertahan dengan 'Jalan Kebahagiaan' anda. Di saat anda nyaman dengan 'Jalan' yang sedang anda lewati, nikmati saja, dan tidak perlu ikut-ikutan 'Jalan' orang lain yang katanya lebih membahagiakan tapi membuat anda tidak memenuhi kebutuhan emosional anda. Selama tindakan anda tidak merugikan orang lain, JALANKAN dan NIKMATI.

Do Your Best, Be The Best
Make Life Not Just Living
Have Another Lucky Day