Selasa, 29 Juni 2010

Apa sih susahnya senyum??

Satu hari saya lagi jalan-jalan dengan pasangan saya ke salah satu mall di Surabaya. Tujuan sebenernya sih bukan jalan-jalan. Kami mau ambil cincin pesenan pasangan saya yang udah dipesen 18 hari sebelumnya. Saat kami udah berada di tokonya, pasangan saya pun tanya pada pemiliki toko....


"Om, gimana pesenan cincin saya sudah jadi ato belum?"

Dan ternyata si pemilik toko itu bilang dengan enteng nya kalo cincin itu belum jadi. Karena pasangan saya merasa bahwa durasinya sudah sangat lama, dan tidak ada konfirmasi sama sekali dari pihak toko, bahkan setiap kali ditelpon tidak pernah ada jawaban, maka pasangan saya ini meminta dengan paksa untuk ditentukan kapan cincin tersebut jadi. Setelah melakukan telpon beberapa kali, akhirnya si pemilik toko itu dengan ketusnya mengatakan bahwa cincinnya akan selesai besok

Yang saya amati dari kejadian itu, bahwa dari awal kami datang sampai kami pergi, tidak ada satu pun kata maaf yang terlontar dari si pemilik toko. Jangankan kata maaf, satu senyumanpun tidak terlontar dari bibirnya. Saat itu pasangan saya yang menyebutkan bahwa dia di awal pemesanan diinformasikan  proses pembuatan cincinnya itu tidak akan lama, maksimal 20 hari. Tapi jawaban yang dilontarkan pemilik toko sangat mengecewakan. Dia bukannya meminta maaf karena keterlambatan yang dia lakukan (meskipun memang belum sepenuhnya terlambat), tapi dia malah menunjukkan kepada kami bahwa pesanan itu memang lama. Dia juga menunjukkan kalau diantara pesanan-pesanan yang lain sudah selesai, hanya milik pasangan saya yang belum selesai. Dari sudut pandang konsumen, untuk apa kita ditunjukkan hal-hal itu. Konsumen hanya ingin tahu bagaimana kabar pesanannya. Bukan malah menunjukkan seberapa banyak atau repot kerjaan dia. Konsumen justru sangat-sangat tidak peduli dengan hal tersebut.

Itu sedikit pengalaman yang saya rasakan. Saya hanya menyesali tindakan yang dilakukan oleh pemilik toko cincin tersebut. Andaikata dia melayani dengan ramah, SENYUM, dan juga mengakui kesalahan tokonya, saya yakin meskipun pasangan saya diminta untuk menunggu 5 hari pasti tidak akan jadi masalah. Dengan senang hati dia akan menunggu, dan tidak menutup kemungkinan akan melakukan transaksi lagi disana, atau malah mempromosikan ke teman-teman kami yang lain.

Sebuah senyuman dan sikap yang ramah akan merubah hari kita yang bete. Anda coba saja, ketika menghadapi masalah, anda hadapi dengan seyuman yang lebar. Dalam fisiologi, senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula di sekitar mata. Kebanyakan orang senyum untuk menampilkan kebahagian dan rasa senang. Senyum itu datang dari rasa kebahagian atau kesengajaan karena adanya sesuatu yang membuat dia senyum, Seseorang sendiri kalau senyum umumnya bertambah baik raut wajahnya atau menjadi lebih cantik ketimbang ketika dia biasa saja atau ketika dia marah.


Senyum menyimpan kekuatan dahsyat. Sesuatu yang sulit menjadi mudah karenanya, dan yang tak mungkin menjadi bisa. Tentu yang dimaksud disini adalah senyum tulus dari hati, bukan senyum sinis atau terpaksa yang tak sedap dipandang mata. Dale Carnegie dalam buku How to Win Friends and Influence People menempatkan senyum tulus sebagai salah satu prinsip yang harus dijalani untuk meraih sukses. Carnegie mencontohkan seorang manajer personalia dari sebuah toserba di New York City memutuskan untuk memperkerjakan seorang gadis yang belum tamat sekolah namun memiliki senyuman yang menyenangkan ketimbang seorang Ph.D berwajah muram. Mengapa? Karena senyum yang tulus membawa aura positif yang bisa ditularkan pada lingkungan sekitarnya. Etos kerja karyawan akan meningkat dan keuntungan perusahaan pun naik berkali lipat. Orang-orang Cina kuno bahkan mematri anjuran senyum dalam pepatah, “Tanpa wajah yang tersenyum, Anda tidak boleh membuka toko”. Bisa jadi, ini kunci sukses berdagang orang-orang Cina. Siapapun, termasuk Anda, tentu lebih senang berbelanja di toko yang pelayannya ramah, penuh senyuman. Walau tempatnya jauh, Anda takkan segan untuk kembali. Bahkan orang yang sedih bisa gembira dengan senyum. Orang marah akan reda jika bisa tersenyum. Jika tidak bisa tersenyum, dipaksakan untuk tersenyum dengan cara menarik ujung bibir seperti orang yang sedang tersenyum. Dengan cara tersebut sudah terbukti mengendorkan urat saraf yang tegang

Jadi mulailah hari anda dengan seutas senyum. Setiap mendapatkan tantangan, TERSNYUMLAH. Ketika menghadapi orang yang anda benci, TERSENYUMLAH. Dan ketika selesai membaca tulisan ini, TERSENYUMLAH SELEBAR MUNGKIN


Make Life, Not Just Living